Aku ada diantara doa dan harapan kedua orang tuaku karna ditangankulah dititipkan harapan mereka,harapan kedua orang tuaku menjadi tanggung jawab moralku karna darikulah mereka bisa bangga atau bahkan kecewa, kini aku berada pada posisi dimana aku harus menentukan arah dari pada perjalananku karna arus gelombang kehidupan kampus yang begitu keras sesekali mengantarkan ku pada posisi dimana aku sebagai anak yang dititipkan harapan oleh kedua orang tuaku harus berfikir panjang apakah aku harus memilih menjadi seorang pecundang karna harapan kedua orang tuaku atau memilih berdiri pada kakiku sendiri karna proses kemanusiaan (humanisme) karena para birokrat kampus hanya menilai kebaikan dari pada mahasiswanya ketika dirinya menjelma menjadi hamba dan menjadikan dosen-dosen atau birokrasi sebagai Tuhannya dan seringkali mahasiswa dipaksakan menjadi hamba yang bodoh,dipaksa untuk berlindung pada jiwa-jiwa kemunafikan semata di karenakan sebuah kepentingan para biadab yang menjelma menjadi tuhan bagi para pecundang bernama tirani kekuasaan dalam hal ini mereka yang menjadikan jabatan sebagai pekerjaan bukan sebagai pengabdian sungguh menyedihkan dan amat menyedihkan dunia kemahasiswaan bagi mahasiswa yang telah diperdaya oleh mereka yang menjelma menjadi Tuhannya dikarenakan IPK (instansi penghianat kepemimpinan).